Evaluasi
persiapan observasi
Persiapan observasi
dimulai pada tanggal 28 Maret 2014. Cynthia dan Novi, sebagai perwakilan
kelompok, mendatangi sekolah yang akan diobservasi yaitu SMP Advent 2 Medan.
Setibanya di sekolah tersebut, keduanya disambut hangat oleh pihak sekolah.
Untuk mendapat izin observasi sekolah, keduanya dipersilahkan untuk menemui
kepala sekolah dan meminta izin langsung dari kepala sekolah. Pihak sekolah
memberi izin observasi dan tidak mensyaratkan surat izin dari pihak fakultas.
Setelah di sepakati oleh perwakilan kelompok dan pihak sekolah, dipilihlah
tanggal 2 April 2014 pukul 10.30 untuk kelompok kami mengobservasi sekolah
tersebut.
Setelah mendapat izin,
persiapan selanjutnya untuk observasi yang kelompok kami lakukan adalah
penugasan untuk membaca materi mengenai teori belajar dan perkembangan oleh
ketua kelompok kepada seluruh tim dari kelompok 6 yang akan menjadi observer
keesokan harinya. (Tugas untuk mempelajari materi di berikan pada tanggal 1
April 2014)
Selain persiapan diri
oleh masing-masing anggota kelompok, pada tanggal 2 April 2014 sebelum
berangkat kami melakukan pembagian tugas. Dimana berdasarkan kesepakatan tugas
masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
Nama
|
Tugas
|
Cynthia
Christian
|
Mengamati
interaksi guru dengan murid, cara
berbicara, sorot mata, dan body language murid.
|
Ummul
Khairiah
|
Mengamati
tata letak ruangan, alat-alat belajar, prabot, dan barang-barang yang ada di
kelas.
|
Novi
Reza
|
Mengambil
dokumentasi dalam kelas, berupa foto ruangan beserta seluruh peralatannya dan
proses belajar mengajar dalam kelas.
|
Andrie
Syahreza
|
Mengamati
kantin, perpustakaan, serta mengambil dokumentasi proses belajar
mengajar dari luar kelas.
|
Abdul
Hakim
|
Mengobservasi
halaman sekolah dan taman bermain, serta merekam proses belajar mengajar dari
luar kelas.
|
Setelah sampai di
sekolah, persiapan selanjutnya yang kami lakukan adalah menemui pihak sekolah
(secara khusus kepala sekolah) untuk menyatakan bahwa kami siap untuk melakukan
observasi. Pada saat itu kelompok kami di perkenalkan dengan guru mata
pelajaran yang akan mengajar dikelas yang akan kami observasi. Guru tersebut
bernama Rahmadani F. Pasaribu, S.Pd.
Setelah melapor bahwa
kami telah siap untuk melakukan observasi, kelompok kami melakukan briefing
yang dipimpin oleh ketua kelompok. Di dalam briefing, ketua kelompok mengulang
lagi pembagian tugas yang telah disepakati dan memastikan bahwa tidak ada
barang yang kurang. Yang kami persiapkan pada saat itu adalah 2 buku dan pulpen
untuk mencatat, 3 kamera, dan 2 kotak pensil(hadiah untuk para siswa/i dari
kelas yang kami observasi).
Evaluasi Kegiatan Observasi
Observasi di kelas
berlangsung dengan sangat lancar. Hanya suasana ruangan sangat pengap karena
observasi dilakukan disiang hari dengan hanya ada 1 kipas angin di dalam kelas.
Namun, ini tidak mengurangi anstusiasme kelompok kami untuk melakukan observasi
di sekolah ini. Salah satu alasannya adalah karena respon guru mata pelajaran
dan murid kepada kelompok kami sangat baik. Guru yang mengajar pada saat itu
yang sekaligus adalah narasumber utama kami, bu Rahmadani F. Pasaribu, S.Pd,
sangat terbuka untuk memberikan informasi kepada kami. Setelah melakukan
observasi di dalam kelas, bu Rahmadani member kami waktu sekitar 15 menit untuk
melakukan tanya jawab dengannya. Waktu ini di manfaatkan dengan baik oleh
kelompok kami untuk mengajukan beberapa pertanyaan mengenai profil sekolah yang
tidak dapat kami observasi dengan kasat mata. Contohnya seperti apa saja
ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut? Karena itu yayasan perguruan
Kristen, apakah ada nilai-nilai agama yang secara khusus ditanamkan oleh pihak
sekolah? Bagaimana perlakuan sekolah terhadap anak yang memenangkan lomba dan
yang melakukan kesalahan?
Proses
evaluasi
Evaluasi terhadap hasil
observasi langsung kami lakukan di hari yang sama setelah selesai observasi di
sekolah tersebut. Evaluasi kami lakukan di kampus. Masing-masing memberikan
hasil kerjanya. Ada yang berupa tulisan, gambar, dan foto.
Evaluasi
kinerja kelompok dan hasil observasi dengan teori belajar
Evaluasi
kinerja kelompok dengan teori belajar
Berdasarkan teori,
dalam melakukan perencanaan, kelompok kami menggunakan kerangka waktu. Dimana
kami menyusun rencana waktu yang sistematis untuk apa yang perlu dilakukan dan
kapan melakukannya. Kami menggunakan kerangka waktu hampir sama seperti yang di
contohkan oleh Douglass, yaitu dengan membuat kerangka apa yang perlu dilakukan
dan waktu melakukannya.
Selain menyusun
perencanaan, salah satu tugas kami adalah untuk meminta izin kepada pihak
sekolah. Dalam meminta izin ini, kami menggunakan keterampilan berbicara clarity. Kami mengalami beberapa
kendala, salah satunya adalah kami harus menjelaskan dengan jelas apa tujuan
kami datang ke sekolah tersebut serta apa tujuan observasi ini. Dalam proses
meminta izin, kepala sekolah yang adalah perawakilan sekolah kerap kali
mengajukan beberapa pertanyaan. Disinilah kami harus menggunakan keterampilan
berbicara dengan baik.
Analisis
hasil observasi dengan teori
·
Analisis setting ruangan dengan teori
Gaya penataan yang
digunakan di kelas yang kami observasi adalah gaya seminar dimana murid duduk
di susunan berbentuk U. Salah satu keuntungan gaya penataan seperti ini adalah
mempermudah murid untuk diskusi kelompok. U terdiri dari 3 sisi. Setiap sisinya
di duduki oleh kelompok yang berbeda, sehingga murid menjadi lebih gampang
untuk saling berdiskusi.
·
Analisis hasil observasi di sekolah(kelas)
dengan teori
Berkaitan dengan
pendekatan dalam Psikologi, sekolah yang kami observasi menggunakan pendekatan
learning, yaitu behavior, khususnya classical dan operant conditioning.
1.
Classical Conditioning
Penerapannya
:
Belajar
di siang hari (UCS), dimana awalnya kelas masih tidak terlalu panas, murid
masih memperhatikan guru yang sedang menjelaskan (UCR). Namun lama kelamaan
kelas menjadi semakin panas. Dengan bermodalkan 1 kipas angin (CS) dengan
jumlah murid sekitar 30an. Kelas menjadi sangat panas . Murid pun jadi kehilangan
fokus. Mereka yang tadinya duduk dengan tegap mulai menyandar ke bangku atau
duduk bertopang dagu (CR). Ini membuktikan bahwa kenyamanan ruang kelas(CS)
menentukan bagaimana tingkat konsentrasi murid (CR).
2.
operan conditioning
Ada
2 jenis reinforcement yang digunakan, yaitu :
a.
Reinforcement positif
Yaitu
dengan memberi penguatan positif setiap kali murid melakukan hal yang positif
untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya hal tersebut dimasa yang akan datang.
Penerapan
di sekolah :
Pihak
sekolah memberi hadiah kepada murid yang menang dalam suatu perlombaan (membawa
nama sekolah).
Selain
itu, dari yang kami amati di kelas penerapannya seperti ini :
Seorang
anak menjawab pertanyaan yang dari guru. Guru tersebut merespon dengan
mengatakan “Wah, bagus sekali. Jawabanmu hampir tepat.” Ini menjadi motivasi
untuk murid lainnya. Terbukti dengan setelah itu murid menjadi lebih aktif
menjawab setiap kali guru bertanya. Karena mereka belajar bahwa walaupun
jawabannya belum tentu benar, tapi mereka akan mendapat apresiasi berupa pujian
dari sang guru asal mereka berusaha menjawab.
b.
Reinforcement Negative
Penarikan
sesuatu yang tujuannya adalah untuk memperbaiki perilaku.
Contoh
penerapannya yang kami amati :
Murid
bermain sepak bola, lalu mengenai pot bunga. Setelah itu Kepala Sekolah
mengambil bola tersebut dan menyimpannya.
Analisis perilaku
terapan
Analisis perilaku
terapan adalah penerapan prinsip operant conditioning untuk mengubah perilaku,
yaitu dengan meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang
tidak di harapkan. Dalam meningkatkan perilaku yang diinginkan terdapat prompt
dan shaping. Namun yang kami peroleh dari observasi sekolah kali ini hanyalah
prompt. Karen shaping hanya deterapkan jika penguatan positif dan prompt gagal.
Prompt
Stimulus tambahan yang
diberikan sebelum terjadi suatu respon. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemungkinan respon itu akan terjadi.
Dari hasil observasi,
kami melihat ini terjadi dalam kelas yang kami amati, yaitu : Guru mengajukan
pertanyaan. Tidak ada yang bisa menjawab. Lalu guru memberikan clue, seperti
menyebutkan kata kunci dari jawabannya. Setelah itu murid mulai mengetahui
jawabannya. Kemudian guru
mengulang kembali pertanyaannya, dan murid sudah bisa menjawabnya dengan benar.